Kamis, 09 Juli 2015

PUCUK LENTERA

PUCUK LENTERA

Jam 19.30 tepat. Aku bertemu denganmu. Di depan sebuah jalanan sepi kau tiba-tiba menepi. “ hai.. ” katamu padaku. Aku sedikit terpana sesaat. Kau begitu beraura lembut dan istimewa. Entahlah. Apa aku terlalu cepat menyebutmu seperti itu. Tapi malam itu aku benar-benar terpesona dengan auramu.
Hari berikutnya. Kau datang. Menyapaku kedua kali. Bukankah kita belum kenal? Apapun maksudmu. Tapi aku merasa gembira. Kau begitu dekat. Tersenyum ketika berbicara denganku. Ketika aku ribut bersama temanku, kau tersenyum simpul di kejauhan. Ya, walau kau tak menyadari arti tatapanku waktu itu. Hm... semakin lama aku menatapmu, aku tau bahwa kau lucu.  Dengan tawa khasmu, kau membuat semua  orang tertawa pula. Apa kau tau, aku menatapmu sekarang??
“ eh, bocah!! ” seru Zac dari belakang. Aku refleks menutup buku diaryku. Zac melongok penasaran.
“ hayo.. nulis apaan tuh?? ” Zac berusaha merebut. Aku melotot kesal.
“ bukan apa-apa kok!! Biasalah.. ” kataku ketus. Zac tertawa kecil.
“ haha.. kau ini Le.. serius amat! ” aku merengut. Bukan apa-apa sih, aku hanya tak suka kalau Zac mulai kumat penasaran ingin taunya.
“ hey.. kau di panggil pak Rio tuh! ” Zac menunjuk guru bahasa Indonesia kami. Perawakan pak Rio tinggi dan gempal, kata guru-guru yang lain sih, pak Rio adalah sang master teater di kampusnya. Entahlah, mengapa pak Rio memanggilku sekarang?? Perasaan aku bukanlah anggota teater. Ya, sudahlah.. aku menghampiri pak Rio yang sedang berdiri di depan kelasku.
“ pak Rio memanggil saya?? ” tanyaku sopan. Alis pak Rio terangkat sebelah.
“ kamu, yang namanya Alea? ” aku mengangguk. Ternyata selama ini pak Rio belum mengenaliku.
“ apakah kamu, yang menulis puisi di mading sekolah? ”
“ iya pak, kenapa memangnya?? ” t nyaku heran. Apa sih, maksud percakapan ini.
“ saat pensi nanti saya meminta bantuan kamu untuk menampilkan puisi dalam teater kami.. ” pak Rio menatapku meminta jawaban. Aku tercenung. Mengingat-ingat puisi apa yang ku tempel di mading tempo hari.
“ bagaimana, Alea.. apa kamu bersedia?? ” aku berfikir sejenak.
“ insya Allah, pak! ” ucapku akhirnya. Pak Rio tampak tersenyum lega. Aku tersenyum simpul lalu kembali ke kelas.
***
Satu hal yang harus kalian tau dan jadikan pelajaran. Jangan pernah terlalu berharap dengan sesuatu. Apapun itu. Cita-cita sekalipun! Karena, semakin kau berharap, Tuhan akan semakin giat memberikan test yang membuat kau kehilangan. Entah karna Tuhan cemburu, tapi itu benar-benar terjadi padaku. Sore itu, lagi-lagi dia memberikan harapan palsu untukku. Dia yang selalu kutatap di antara celah dedaunan. Yang selalu kucuri-curi pandang saat ia berbicara di depan. Ya.. semua karena dia. Tuhan cemburu padaku. Hari pementasan teater, aku benar-benar datang. Berlagak seperti penyair. Menatap penonton gugup. Dan dia ada di sana. Tersenyum lembut seperti biasa. Entahlah, aku tersenyum kaku.. lalu membacakan puisi ini.
Pucuk lentera
Ku diam..
Tergelitik diantara sela dedaunan
Bergemericik di rimbun belukar
Kau pucuk lentera
Dan aku diam..
Menelisik kebisuan
Yang abadi..
Lagi-lagi kau pucuk lentera,
Berhembus wangi musim semi
Menerangi
Mimpi-mimpi..
Kau pucuk lentera..
Tepuk tangan membahana di ruang teater. Dan dia di sana. Bertepuk tangan dengan senyum yang sama. Dan hari itu aku benar-benar telah berharap. Dia melambai ke arahku. Menatapku lembut.
“ kau hebat sekali.. Alea, ” dia tersenyum menyebut namaku. Aku ikut tersenyum. Tersipu malu. Kau memang hebat. Selalu membuatku memerah lupa berpijak pada tanah. Lalu hujan mulai bergilir. Bukan hanya gerimis , tapi badai! Tuhan benar-benar cemburu melihatku terlalu berharap padanya.
“ jika ada seseorang yang ingin mendo’akanmu, apa yang kau harapkan?? ” tanyanya suatu hari. Mencegatku di depan perpustakaan. Aku terhenyak. Menatapnya sekilas.
“ apa maksudmu?? ”
“ jawab saja pertanyaanku ” kau tersenyum seperti biasa.
“ baiklah, aku berharap, agar pucuk lenteraku tak pernah padam.. ” ucapku lirih. Dia terdiam sesaat. Mencerna kata-kataku.
“ memang siapa yang ingin do’ain aku?? ” tanyaku sedikit berkelakar. Dia sedikit tertawa. Lalu berlalu meninggalkanku.
“ siapa tau ada pengemis yang iseng do’ain kamu.. haha.. ” serunya dari jauh sambil tertawa lebar. Hm.. dan aku baru tau alasannya mengapa dia bertanya seperti itu padaku. Dia pergi. Dia pindah dari kota kami. Dan dia pergi bagai pucuk lentera yang padam. Dan dia.. menyisakan gerimis yang menetes dari mataku. Semua harapan yang ku simpan terburai seperti ayam kecil terlindas ban mobil. Benar-benar getir. Berhari-hari aku seperti zombie. Hingga 5 tahun berlalu sia-sia. Aku sudah tumbuh menjadi wanita hampa sedunia. Berjubel buku yang ku tulis, dan beredar di seantero toko buku adalah tentang dia. Tentang kepedihan, dan perasaanku yang sudah terlanjur terburai saat dia pergi tanpa sempat berucap salam perpisahan. Dan sekarang, aku di sini. Di antara penikmat buku-bukuku. Mencerocos filosofi isi tulisan yang kubuat bertahun-tahun setelah kepergiannya. Ya, dan aku benar-benar diam. Dengan nafas yang masih tersisa.
“ Alea... ” seseorang menyebut namaku. Aku menoleh. Menatap siluet manusia di antara celah berjubel penggemarku.
“ alea.. ” aku mengenal suaranmya. Benarkah??
“ Alea.. ” terdengar semakin menjauh. Detak jantungku berhenti sesaat. Ingatan kepergiannya kembali terulang. Aku takkan lagi diam.
“ Aaaaaaaaarrghh... pucuk lentera!!!! ” pekikku tiba-tiba. Gelombang otak dan hatiku terasa kacau. Airmataku meleleh. Beberapa orang menyeretku menjauh dari keramaian. Aku kembali menjerit. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dan membiarkannya pergi tanpa mengucap salam perpisahan.
“ Aleaa.... ” lagi-lagi suara itu muncul. Aku menjerit. Meronta-ronta melepaskan diri dari cengkraman orang-orang.
“ Alea... lupakan dia, dia hanya kisah khayalanmu! ” seseorang mengelus jilbabku penuh kasih sayang. Pak Rio. Apa yang dia lakukan di sini? Kenapa dia menyebut lenteraku hanya kisah khayalan?.
“ alea... dengarkan saya! Bertahun-tahun kau tidak bisa membedakan antara hayal dan nyata, inilah saatnya, Alea.. kembalilah!!! ” bisik Pak Rio di telingaku. Aku tak mampu mencerna kata-kata guru teater itu. Aku kembali kalap. Dan semua menjadi gelap.
***
Hilang...
Menghilang..
Hilang..
Menghilang..
“ hai... selamat pagi, Alea! ” dia tersenyum simpul menatapku. Dia belum padam. Wajahnya yang hangat dan lembut masih tetap sama. Dan hanya aku yang tau itu. Hahaha...
“ selamat pagi, pucuk lentera... ”


                                                                                     29 march 2013. 13.31

Please Don't Forget Me!

Long Time No See..



 
      Rasanya baru kemaren kita tertawa, menangis, main bola, berangkat sekolah, dan makan-makan bersama. Waktu berlalu cepat sekali. Hingga aku mengira kalian semua hanyalah mimpi semalam. mimpi yang abstrak. tak beraturan. jika memang benar kalian semua adalah mimpi, bagiku kalian adalah mimpi teranehku selama ini :). bagaimana tidak, kalian selalu absurd dan membuatku mengalami hal-hal baru yang tak pernah kualami.
      Tapi kalian nyata. senyata aku memandangi kalian di buku tahunan. Kenangan kita memang tak terlupakan. Baik buruknya kita selalu jadi pelajaran.    
       Bersyukur kenakalan remaja kita dulu masih berada dalam batas yang aman di dunia pesantren. itu dulu, saat kita semua masih terpantau Abi Umi yang sangat perhatian. Tapi sekarang, kalian semua apa kabar? apakah kalian masih sama? apakah kalian bertumbuh lebih tinggi sepertiku? atau tetap saja seperti Zahra? hehe.. *peacezah :v .
      Apakah Shidqi masih doyan mandi? apakah Amiq masih suka jajan kaya anak SD? apakah Azzam masih suka kabur? apakah Basyar masih suka tidur? apakah Zahra masih suka teriak-teriak? apakah Risqi masih suka bagiin uang saku? apakah Zi'ni masih terobsesi jadi arsitek? hiks... kalian benar-benar membuat rindu, kawan. seringkali aku bertanya, " Persahabatan kita sudahkah selesai saat wisuda kemaren? " media sosial membuat kita masih bisa terkoneksi. memang, itu benar. tapi kita terkoneksi hanya di zona " Apa kabar? " " gimana sekarang? " hanya itu.
    Bukan hanya kita Titanium. Aku juga merindukan kita. ASA1U. Angkatan pertama yang sudah terpecah-belah entah kemana saja. Ibaratnya kita seperti puzzle yang sudah tersusun lalu jatuh. berserakan. karna kita lupa ngasih lem. iya, kita lupa ngasih lem dalan persahabatan kita.
sejak dulu, masing-masing kita berkepribadian introvert. ingin menang sendiri. merasa benar. untuk apa peduli, toh ada yang lain. pemikiran itu selalu membayang-bayangi langkah kita bersama. perempuan malu jika bergabung dengan laki-laki. sedangkan yang laki-laki pura-pura sibuk. entah sibuk beneran biar nggak ingat-ingat masa lalu. masa lalu~ (bacanya sambil nyanyi ) sesibuk apakah? sibuk dengan kawan baru? bukankah sama saja kita juga kawan. dulu maupun sekarang, kita tetap saja kawan. kawanan di media sosial :D .
   Maaf.. jika postinganku sedikit *greget*. karna memang aku sudah *greget*an sama nasib angkatan kita ini. ASA1U mau dibawa kemana?
    Apakah harus nunggu tujuh tahun untuk memperSATUkan kita? nunggu ada yang nikah? punya anak? hey.. belum tentu kita punya hidup yang panjang. belum tentu Allah memberikan kesempatan lain. 
     Apakah hanya " AKU " yang rindu?
inget dulu kalian bikin biodata " don't forget me! " bikin aku senyum ironis.
sekarang siapa yang foget? ayo kawan.. belum terlambat buat ngasih " LEM " persahabatan. kita rekatkan kembali puzzle angkatan satu yang pada kemana-mana.
    Coba kita bayangkan angkatan satu yang dulu. 
hei kamu yang disana.. Amalia, Afin, Dicki, Ghozi, Habibi, Haikal, Izzul, Iman, Indi, Irul, Uni, Rochim, Fadli, Khoiro, Lia, Natun, Rifqi, Valdi, Ro'fah, Sabrina, Sani, Sylvi, Zizi, Baihaqi, Arnida..
semuanya. Semoga kita bisa bertemu lagi secepatnya. kapan reunian?
ASA1U harus berSATU! right???

- I Miss You Without Wax :)


inget quote yang di post gus Amiq :

" Sedih sekali ketika teman baik pelan-pelan menghindar, kemudian menjauh, menjadi orang asing.
Ayo, persahabatan kita jauh lebih penting dibanding egoisme sesaat, pun kesalahpahaman, maupun batu kerikil kecil lainnya. "
*Tere Liye


NB : Jika kalian masih punya hati nurani kepri-ASA1U-an ayo kita merapat sejenak di media sosial. mumpung masih Liburan :)

Kamis, 01 Januari 2015

Jelaga merindukan Telaga

melankolyna.tumblr.com

aku adalah jelaga
hitam legam sebuah tinta dari kenangan
ingin rasanya terhapus saja
oleh hujan..
oleh jejak-jejak baru yang datang kemudian
inginku mencipta telaga
sumber kenangan yang bersahaja
tanpa jelaga
tanpa hitamnya
hanya telaga.
dan harusnya kutunjukkan padamu
telaga yang ku cipta itu
sekarang, atau entah kapan
mungkin saja ku titipkan
pada hujan yang mengaliri telagaku
pada hujan yang meluruhkan jelagaku